Save Rohingya, Save Indonesia too


SEMARAK NEWS - Berita-berita yang terpampang di Koran, facebook, media online belum lagi pesan via WhattsApp membuatku jadi termenung. Semua orang begitu sibuk memberi perhatian bagi tragedi krisis kemanusiaan yang terjadi di Rakhine, Myanmar. Ada yang mengutuk, ada yang provokasi dengan mengatakan bahwa Pemerintah tidak berbuat apa-apa, ada pula yang ingin berjihad pergi ke Myanmar untuk membantu etnis Rohingya disana. Bahkan FPI tak ketinggalan membuka pendaftaran bagi pemuda-pemuda Indonesia di daerah yang ingin berjihad ke sana, dengan syarat siap mati syahid.

Hal yang paling membuatku terusik adalah banyaknya ucapan yang menyudutkan pemerintah saat ini, dan kesannya selalu menyalahkan Presiden Joko Widodo  sebagai orang nomor 1 di Indonesia saat ini.

Bahkan…dia lagi…dia lagi…Fahri Hamzah yang anggota Dewan (bukan) terhormat itu tak ketinggalan memberikan komentar nyinyirnya,  kita tengok dulu tweetnya
loading...

Sumber IG @indonesiavoice
Ini orang koq hobinya ngetweet mulu ya, padahal dia anggota Dewan yang seharusnya turut memikirkan bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk membantu etnis Rohingya di Rakhine. Bukannya terus nyinyirin Pakde Jokowi seolah-olah Pakde itu cuek-cuek saja dengan tragedi krisis kemanusiaan tersebut.

Mbok ya sekali-kali Fahri Hamzah jadi donator gitu lho, terus ngajak teman-teman anggota Dewan  yang lainnya buat nyumbang kan anggota Dewan itu pada kaya semua, masa sih pelit amat buat nyumbang. Kalau Fahri udah bergerak mengumpulkan sumbangan terus dikirim ke Rakhine sono barulah Fahri oke namanya. Jangan cuma bisa nyalahin Pemerintah dan ngatain kalo pemerintah tidak berbuat apa-apa.

Sini tak kasih tau ya, bahwa Pemerintah sudah berinisiatif untuk menolong tragedi krisis kemanusiaan yang terjadi di Rakhine, Myanmar. Mari kita simak dulu pernyataan Presiden Joko Widodo terkait Aksi Kekerasan dan Krisis Kemanusiaan di Rakhine State, Myanmar (Minggu, 3 September 2017)

Saya dan seluruh rakyat Indonesia, kita menyesalkan aksi kekerasan yang terjadi di Rakhine State, Myanmar
Perlu sebuah aksi nyata bukan hanya pernyataan kecaman-kecaman. Dan Pemerintah berkomitmen terus untuk membantu mengatasi krisis kemanusiaan, bersinergi dengan kekuatan masyarakat sipil di Indonesia dan masyarakat Internasional.
Saya telah menugaskan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia menjalin komunikasi intensif dengan berbagai pihak termasuk Sekretaris Jenderal PBB Bapak Antonio Guterres dan Komisi Penasihat Khusus Untuk Rakhine State, Bapak Kofi Annan
Dan sore tadi (Minggu, 3 September 2017) Menteri Luar Negeri telah berangkat ke Myanmar untuk meminta pemerintah Myanmar agar menghentikan dan mencegah kekerasan, agar memberikan perlindungan kepada semua warga termasuk Muslim di Myanmar dan agar memberikan akses bantuan kemanusiaan.
Untuk penanganan kemanusiaan aspek konflik tersebut, pemerintah telah mengirim bantuan makanan dan obat-obatan. Ini bulan Januari dan Februari lalu sebanyak 10 kontainer.
Juga telah membangun sekolah di Rakhine State dan juga segera akan membangun rumah sakit yang akan dimulai bulan Oktober yang akan datang di Rakhine State.
Indonesia juga telah menampung pengungsi dan memberikan bantuan yang terbaik.
Saya juga menugaskan Menteri Luar Negeri untuk terbang ke Dhaka di Bangladesh, dalam rangka menyiapkan bantuan kemanusiaan yang diperlukan pengungsi-pengungsi yang berada di Bangladesh, kita harapkan minggu ini kita akan mengirim lagi bantuan makanan dan obat-obatan
Sekali lagi, kekerasan, krisis kemanusiaan ini harus segera dihentikan

Ini pernyataan Bapak Presiden Joko Widodo, yang menyatakan bahwa beliau sangat peduli terhadap krisis kemanusiaan yang terjadi di Rakhine, Myanmar. Bantuan juga telah diberikan sejak Januari-Februari lalu. Jadi apalagi yang anda ributkan wahai kamu yang ikut-ikutan ribut merongrong Pemerintah?

Kamu berteriak save Rohingya, tapi melupakan bahwa di sini di Indonesia ada saudaramu sebangsa setanah air yang masih teraniaya. Ada saudaramu yang belum bisa beribadah dengan leluasa karena rumah ibadahnya kamu hentikan pembangunannya padahal sudah memiliki ijin bangunan (IMB), masih ada saudaramu yang diintimidasi karena mereka kelompok minoritas serta masih ada banyak sekali persoalan bangsa yang seharusnya segera ditangani: penyebaran ujaran kebencian, hoax dan bullying yang sangat gencar di berbagai media.

Tidak kah kamu memiliki empati sedikitpun terhadap seorang Ibu Retno Marsudi Menteri Luar Negeri RI, yang begitu diperintahkan Presiden untuk bertolak ke Rakhine, ia segera siap untuk melaksanakan perintah tersebut. Ia segera berangkat dan harus meninggalkan keluarganya sendiri untuk memikirkan nasib etnis Rohingya di Rakhine, Myanmar. Ketika bendera Indonesia terbalik di buku panduan Sea Games di Kuala Lumpur, Malaysia. Ibu Retno Marsudi segera menelpon Menteri Luar Negeri Malaysia, menyatakan kekecewaannya atas hal itu dan meminta dilakukan permintaan maaf dan perbaikan kesalahan diikuti nota diplomatik KBRI dan Kemenlu untuk Malaysia.

Betapa Pemerintah beserta Menteri-Menteri yang luarbiasa telah melakukan pekerjaannya sebaik-baiknya. Kita boleh peduli terhadap krisis kemanusiaan yang terjadi di Rakhine, Myanmar. Tetapi sebaiknya kita tarik nafas dulu, tenangkan hati dan pikiran ketika kita menerima foto-foto korban di Rakhine, Myanmar.

Perhatikan baik-baik benarkah foto yang dikirimkan tersebut, cobalah untuk mencari sumber beritanya terlebih dulu, validkah? nyatakah atau editan? atau foto lama yang disebarkan kembali untuk menyulut kemarahanmu sehingga menyebabkan kamu menjadi ikutan teriak-teriak save rohingya, terus menyalahkan pemerintah Indonesia, terus sebarin foto-foto tersebut padahal dalam kenyataannya bukan seperti itu kejadiannya. Terus saking sudah tersulutnya kemarahanmu, lalu mau mengambil tindakan untuk menguliti penganut agama Budha di Indonesia atau mau merusak candi-candi peninggalan leluhur kita, padahal candi tersebut merupakan salah satu dari 7 keajaiban  di dunia?

Sabarrrr….kawan!!

Krisis kemanusiaan yang terjadi di Rakhine bukanlah konflik agama. Ada konflik kepentingan ekonomi dibalik persoalan Rohingya. Di situ ada jalur sumber energi, minyak dan gas. Dan itulah yang paling utama disana. Kepentingan tersebut dibungkus dengan konflik  agama dan dipelihara oleh militer Myanmar (Daniel Johan, Wasekjen PKB).

Sementara, Sigfried O Wolf kepala bidang penelitian South Asia Democratic Forum (SADF) dikutip dari situs berita Deutsche Welle, berpendapat bahwa krisis yang dihadapi warga Rohingya lebih bersifat politis dan ekonomis. Ia menuturkan bahwa komunitas warga Rakhine yang beragama Muslim merasa didiskriminasi secara budaya, juga tereksploitasi secara ekonomi dan disingkirkan secara politis oleh pemerintah pusat yang didominasi oleh etnis Burma. Di sisi lain etnis Rohingya, dianggap sebagian warga Rakhine sebagai pesaing tambahan dan ancaman bagi identitas mereka sendiri karena warga Rohingya tidak dapat memberikan suara bagi partai politik mereka. Sehingga hal-hal inilah yang menjadi runcingnya ketegangan antar warga, sementara Pemerintah tidak mendorong rekosiliasi, melainkan mendukung fundamentalis Budha dengan tujuan menjaga kepentingannya di kawasan yang kaya sumber daya alam tersebut.

Jadi sekali lagi, krisis kemanusiaan yang terjadi di Rakhine, bukan melulu konflik agama Islam dan Budha, melainkan konflik ekonomi dan politis yang bersembunyi di balik konflik agama.

Sekelompok pengungsi Rohingya berjalan di jalan berlumpur setelah melewati perbatasan Bangladesh-Myanmar di Teknaf, Bangladesh, Jumat (1/9/2017). (Foto Kompas.com)
Saya peduli Rohingya dan bersama anda menyerukan #Save Rohingya, karena kepedulian saya juga terhadap Rohingya maka saya menuliskan semua ini, tetapi saya juga minta tolong #Save Indonesia juga, jangan terlalu menyalahkan Pemerintah yang ada sekarang, jangan juga merongrong pekerjaan yang sudah mereka lakukan dengan baik, karena mereka juga manusia biasa bukan malaekat.

Sebaliknya dukunglah mereka, pemerintahan yang sah saat ini, dengan menghargai apa saja yang telah mereka lakukan untuk Indonesia dan termasuk kepedulian terhadap krisis kemanusiaan yang dialami oleh Negara lainnya, khususnya warga di Rakhine, Myanmar saat ini.

Saya menangis untuk tragedi krisis kemanusiaan di Rakhine, Myanmar, tetapi saya juga menangis jika karena Rohingya, Indonesia dalam hal ini Presiden Joko Widodo dicerca dan terus dirongrong pemerintahannya.  Doa saya semoga krisis kemanusiaan di Rakhine, Myanmar dapat segera dihentikan.